LAIN-LAIN

KETIKA MURID LEBIH LANCAR BERBICARA BAHASA INGGRIS DIBANDING GURUNYA
Teguh Adimarta, S.Pd, M.Pd


Pengantar
Dalam dunia pendidikan, terutama dalam pengajaran bahasa Inggris, sudah menjadi hal yang lumrah dimana guru bahasa Inggris sebagai orang yang berwenang untuk mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris kepada muridnya seharusnya menjadi orang yang paling tidak memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang lancar. Dimana paling tidak, guru yang bersangkutan seharusnya mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan kosa kata dan kelancaran pengucapan yang mendekati penutur bahasa Inggris asli atau paling tidak memiliki susunan tata bahasa yang bisa dengan mudah dipahami. Namun ironisnya sekarang ini masih banyak kita temui guru bahasa Inggris di beberapa sekolah di Indonesia yang kemampuan komunikasi berbicara bahasa Inggrisnya di bawah kemampuan beberapa muridnya.

Kendala Pembelajaran Bahasa Inggris di 
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Indonesia
Sekarang mari kita bahas terlebih dahulu fenomena ini dari sudut pandang guru yang bersangkutan yang mungkin bisa kita jadikan sebagai landasan alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya guru pada dasanya adalah lulusan sarjana pendidikan yang telah menempuh pendidikan guru di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan atau FKIP. Dimana apabila kita berbicara mengenai karakter institusi FKIP ini maka tidak terelakkan kita akan dihadapkan pada tujuan utama dari institusi ini sebagai tempat untuk mendidik para mahasiswanya menjadi seorang pendidik di sekolah-sekolah setelah mereka lulus dari FKIP nantinya. Pendidikan bagi para pendidik tentunya memerlukan suasana serta situasi pembelajaran dalam kelas yang merangsang serta memicu dan bahkan memaksa para mahasiswanya untuk  memiliki visi dan misi serta tujuan yang jelas ketika mereka memilih FKIP sebagai  institusi pendidikan tinggi yang akan melatih mereka agar mereka siap menjadi tenaga pendidik yang handal.

Dalam kasus ini, apabila kita bebicara mengenai mahasiswa FKIP terutama yang menempuh pendidikan keguruan di jurusan bahasa Inggris, maka situasi serta kondisi pembelajaran mata kuliah di dalam kelas benar-benar harus bisa menyiapkan mereka untuk bisa menjadi pendidik yang handal untuk mendidik para siswa di sekolah-sekolah di luar sana nantinya. Tidak saja dalam bentuk materi pembelajaran serta prosedur pembelajaran, bahkan penggunaan bahasa pengantar di dalam kelas khusus untuk beberapa mata kuliah yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris seharusnya sudah di fokuskan untuk diusahakan selalu menggunakan bahasa Inggris, sehingga mengerti atau tidak mengerti, para mahasiswa akhirnya dipaksa untuk belajar lebih giat lagi untuk memperdalam pemahaman serta kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka agar mereka bisa lebih mudah memahami penjelasan yang diberikan oleh dosen-dosen mereka.

Namun harapan bahwa sejogjanya para dosen selalu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar ketika mengajar mata kuliah yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris kepada para mahasiswa FKIP jurusan bahasa Inggris tidak bisa kita asumsikan dan generalkan bahwa semua dosen akan melakukan hal itu. Terkadang masih ada saja beberapa dosen yang masih tetap menggunakan bahasa Indonesia ketika mengajakan mata kuliah yang berhubungan langsung dengan kemampuan bahasa Inggris kepada para mahasiswa FKIP jurusan bahasa Inggris. Hal ini bisa kita dapati di hampir banyak FKIP di berbagai universitas di penjuru Indonesia.

Terlepas dari apakah alasan dosen yang bersangkutan ketika menggunakan bahasa Indonesia bertujuan untuk lebih memudahkan mahasiswa menangkap inti mata kuliah yang diajarkan yang mungkin dikarenakan mahasiswanya masih memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan bahasa Inggris yang rendah sehingga mengalami banyak kesulitan dan tidak mengerti ketika dijelaskan menggunakan bahasa Inggris atau mungkin bisa jadi justru sang dosen sendirilah yang sedikit memiliki keterbatasan dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pembelajaran  di dalam kelas. Yang manapun itu, keputusan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam pengajaran beberapa mata kuliah yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris kepada para mahasiswa ini justru secara ironis bukannya membuat mereka memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang lebih baik, namun sebaliknya akan membuat kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka menjadi lebih lambat daripada yang seharusnya mereka dapatkan. Secara ironis, hal ini juga akan dijadikan contoh dan pembenaran bagi para lulusan FKIP jurusan bahasa Inggris untuk menghindari penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar ketika mengajar mata pelajaran bahasa Inggris kepada para siswa di sekolah nantinya, dengan alasan bahwa dosen mereka juga mencontohkan hal yang sama selama mereka kuliah dulu dan bahwa murid-murid di sekolah akan lebih mudah memahami ketika penjelasan dijelaskan dalam bahasa Indonesia.

Mungkin memang benar bahwa para mahasiswa (atau bahkan siswa sekolah) akan lebih mudah memahami inti dari beberapa mata kuliah (atau mata pelajaran) yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris tersebut, namun pembiasaan untuk menjelaskan semua mata kuliah (atau mata pelajaran) yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris dengan menggunakan bahasa Indonesia akan membuat mahasiswa kehilangan esensi dari tujuan mereka ketika mereka memilih FKIP jurusan bahasa Inggris sebagai institusi yang mereka harapkan bisa membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan pemahaman serta komunikasi bahasa Inggris mereka menjadi lebih baik lagi.

Belajar dari Tantangan Situasi dan Kondisi 
Para Guru dan Siswa Asing di Sekolah Internasional
Dari pengalaman penulis yang sewaktu masih sarjana S1 pernah mengajar di salah satu Sekolah Internasional dimana mayoritas guru dan murid-muridnya adalah anak dari para ekspatriat (orang asing) yang bekerja di Indonesia selama bertahun tahun dan membawa serta seluruh keluarga (anak istri) untuk menetap di Indonesia selama mereka bekerja di Indonesia, walaupun ada siswa Indonesia namun jumlahnya hanya sekitar 40 persen. Di sekolah internasional ini tidak semua murid asing berasal dari negara yang memakai bahasa Inggris, karena banyak juga murid asing yang berasal dari negara-negara Asia (Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, India, Vietnam, Thailand), Eropa (Rusia, Belanda, Jerman) dan timur tengah atau negara-negara dari benua Afrika yang notabene semua negara-negara tersebut tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi utama di negara mereka masing-masing. Sehingga ketika para murid tersebut pindah ke sekolah internasional seperti ini yang seluruh mata pelajarannya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, mereka pun mengalami kesulitan untuk memahami penjelasan dari para guru asing serta guru Indonesia di Sekolah Internasional yang juga tidak bisa berbicara dengan bahasa negara para murid-murid baru ini. Sehingga satu-satunya usaha komunikasi yang bisa dilakukan hanyalah tetap menggunakan bahasa Inggris yang disertai dengan contoh gerakan agar siswa yang bersangkutan bisa lebih mudah memahami penjelasan guru.

Di Sekolah Internasional semua tingkatan pendidikan mulai dari playgroup, SD, SMP, SMA berkumpul di satu lokasi sekolah yang sama, dimana semua tingkatan pendidikan itu memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, tidak perduli dari negara mana murid yang bersangkutan berasal dan tidak perduli apa tingkat pendidikan murid yang bersangkutan, jadi meskipun murid itu masih pada tingkat pendidikan playgroup, TK atau SD kelas 1 dan misal berasal dari Korea yang masih tidak bisa dan bahkan belum pernah belajar bahasa Inggris sekalipun, namun guru asing maupun guru orang Indonesia terpaksa cuma bisa memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi karena gurunya tidak bisa bahasa Korea dan anak Korea ini tidak bisa bahasa Indonesia maupun Inggris. Disinilah kreatifitas guru untuk bisa membuat muridnya paham akan penjelasan dia ditantang dengan sangat keras. Dengan usaha pantang menyerah dan kesabaran biasanya membutuhkan sekitar 6 bulan agar murid asing ini mulai pelan-pelan memahami penjelasan gurunya dan mulai pelan-pelan bisa sedikit mengatakan beberapa kalimat dalam bahasa Inggris. Hal ini bisa terjadi karena para guru asing atau guru Indonesia yang mengajar disana di tempatkan pada situasi dan kondisi yang memaksa mereka untuk selalu konsisten memakai bahasa Inggris apapun yang terjadi, seberapa pun situasi dan kondisinya membuat para guru di sana frustasi mengenai bagaimana cara membuat murid asing ini memahami penjelasan dalam bahasa Inggris, namun bahasa Inggris tetap harus dipakai sebagai bahasa pengantar.

Ketiadaan pemaksaan situasi dan kondisi seperti contoh di atas lah yang membuat para guru dan dosen di banyak sekolah atau kampus di Indonesia beralih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar penjelasan ketika guru atau dosen bahasa Inggris tersebut mulai putus asa melihat para siswanya atau mahasiswa yang kebetulan kemampuan bahasa Inggrisnya sangat rendah, tidak mengerti sama sekali ketika di berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa Inggris. Padahal kalau dipikir-pikir situasi dan kondisi yang dihadapi oleh para guru di Sekolah Intenasional yang sering mendapatkan siswa asing entah dari negara Asia, timur tengah, afrika dan eropa yang sama sekali tidak bisa bahasa Inggris lebih membuat frustasi dibanding dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh para guru dan dosen yang mengajar bahasa Inggris di sekolah atau kampus di Indonesia, karena guru dan dosen bahasa Inggris yang mengajar di sekolah atau kampus di Indonesia masih berhadapan dengan para siswa yang notabene masih orang Indonesia juga.

Namun hal ini yang justru menjadi kelemahan terbesar para guru dan dosen di Indonesia, karena ketika guru atau dosen yang bersangkutan merasa frustasi cara membuat murid memahami penjelasan yang disampaikan dalam bahasa Inggris, akhirnya guru dan dosen tersebut memutuskan untuk memakai bahasa Indonesia. Dimana hal ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh guru dan dosen ini apabila misalnya dia bertugas mengajar siswa asing yang sama sekali tidak bahasa Indonesia. Penulis sendiri kadang sering tergoda juga untuk beralih ke bahasa Indonesia ketika mulai frustasi melihat siswa atau mahasiswa yang di ajar terlihat tidak mengerti atau sama sekali tidak menjawab ketika ditanya dalam bahasa Inggris dan baru menjawab ketika ditanya dalam bahasa Indonesia.

Tantangan Motivasi Untuk 
Para Guru Bahasa Inggris dan Dosen Bahasa Inggris
Ketika situasi dan kondisi yang memaksa guru dan dosen untuk berpikir cara yang kreatif yang bisa dilakukan untuk menyampaikan penjelasan dengan tetap menggunakan bahasa Inggris kepada siswa atau mahasiswa yang sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris itu tidak ditemukan pada sekolah atau kampus tempat guru dan dosen itu mengajar, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah, guru dan dosen yang bersangkutan harus menganggap bahwa siswa dan mahasiswa Indonesia yang sedang dia ajar adalah orang asing dari negara lain yang tidak bisa bahasa Indonesia dan kalaupun siswa dan mahasiswa bertanya dalam bahasa Indonesia maka guru dan dosen yang bersangkutan harus tetap menjawab dalam bahasa Inggris atau meminta siswa dna mahasiswa mengulang petanyaan dalam bahasa Inggris. Salah dalam pengucapan dan tata bahasa itu biasa dan sudah pasti terjadi, yang penting kita sebagai guru dan dosen tetap harus memotivasi mereka untuk berbicara secara aktif menggunakan bahasa Inggris tanpa perlu kita menjatuhkan mereka dengan mengatakan mereka bodoh di hadapan teman teman sekelasnya tiap kali meeka membuat kesalah pengucapan atau kesalahan tata bahasa. Cara paling efektif untuk memaksa dan membiasakan siswa dan mahasiswa aktif menggunakan bahasa Inggris adalah dengan cara meminta mereka melakukan presentasi mengenai materi pelajaran atau mata kuliah bahasa Inggris yang sedang dipelejari di dalam kelompok di depan kelas secara bergantian dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan begini maka para siswa dan mahasiswa akan terpaksa terpacu untuk belajar berkomunikasi secara aktif dengan menggunakan bahasa Inggris, tentu saja komentar, kritik, serta saran yang membangun (dan tidak menjatuhkan) terkait materi atau terkait kesalahan kosa kata, tata bahasa dan lainnya harus diberikan oleh guru dan dosen yang bersangkutan tiap kali presentasi selesai dilakukan oleh para siswa atau mahasiswa.

Motivasi adalah satu-satunya hal yang bisa memaksa baik siswa, guru, dosen, sekolah atau kampus untuk mempelajari bahasa Inggris dan berkomunikasi secara aktif dengan menggunakan bahasa Inggris. Dan karena itulah, sebenarnya salah satu cara yang bisa dipakai oleh pihak otoritas sekolah untuk “memotivasi” para siswa belajar bahasa Inggris secara aktif adalah dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar setiap ujian tengah semester dan ujian akhir untuk semua mata pelajaran, misal mata pelajaran biologi, fisika, matematika, geografi, dan lain-lain semuanya akan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar ujian tengah semester maupun ujian akhir. Sehingga akhirnya bukan saja siswa yang terpacu belaja bahasa Inggris agar mereka bisa dapat nilai bagus saat ujian nanti, namun juga para guru dari mata pelajaran apapun akan mulai pelan-pelan mencampurkan bahasa Inggris ke dalam penjelasan setiap temu muka pembelajaran di dalam kelas, tentu saja peatihan bahasa Inggris secara khusus juga harus di akomodasi dan di fasilitasi oleh pihak otoritas sekolah kepada para guru guru mata pelajaran lain yang bisa dilakukan dan di koordinasi oleh teman-teman guru bahasa Inggris di sekolah yang bersangkutan. Sebagaimana juga di Sekolah Internasional ini dimana semua mata pelajaran menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dimana bahkan bahasa Indonesia justru termasuk salah satu bahasa asing yang di ajarkan kepada para siswa asing yang bersekolah di sana.    

Revolusi Motivasi Untuk Para Mahasiswa FKIP 
Jurusan Bahasa Inggris
Sebagai seorang dosen yang pernah mengajar di beberapa universitas, disitu kadang penulis merasa sedih, melihat kenyataan bahwa banyak mahasiswa FKIP jurusan bahasa Inggris yang sudah pada tingkatan semester lima bahkan sampai semester tujuh yang secara ironis masih belum bisa dan bahkan merasa malu untuk berbicara bahasa Inggris dengan lancar dan masih mengalami kesulitan memahami artikel atau buku kuliah berbahasa Inggris. Fakta bahwa mereka sudah berada di semester atas atau semester akhir seharusnya tercermin dari kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka yang sejogjanya sudah jauh lebih bagus dibanding ketika mereka pertama kali masuk FKIP sebagai mahasiswa baru. Kadang terbersit pertanyaan di benak penulis, memangnya apa sih usaha yang sudah para mahasiswa tingkatan semester atas atau semester akhir ini lakukan (atau tidak lakukan) selama perkuliahan bertahun-tahun yang membuat mereka masih tidak bisa berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa Inggris dimana padahal sebentar lagi mereka akan lulus dan berharap menjadi guru bahasa Inggris?

Mungkin apabila kita coba telaah lagi lebih dalam, sebagai mahasiswa yang memilih untuk menempuh pendidikan keguruan bahasa Inggris, maka ketika pertama kali menjejakkan kaki ke depan gerbang FKIP jurusan bahasa Inggris seharusnya mereka memiliki tujuan yang benar-benar jelas akan pekerjaan seperti apa yang ketika mereka lulus nanti akan mereka hadapi, yaitu sebagai seorang guru bahasa Inggris yang memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan dan mengembangkan kemampuan komunikasi bahasa Inggris anak didiknya menjadi lebih baik.

Namun sayangnya tidak semua mahasiswa FKIP jurusan bahasa Inggris memiliki tujuan yang jelas seperti itu, terkadang masih ada saja beberapa mahasiswa yang sekedar bertujuan untuk mendapatkan ijazah saja, tanpa perduli berapapun nilai mata kuliahnya nanti. Kalau tujuannya hanya sekedar untuk mendapatkan ijazah saja, maka hal yang seharusnya disadari oleh mahasiswa yang bersangkutan adalah, ijazah ini akan digunakan untuk melamar pekerjaan sebagai apa? Apabila ijazahnya akan digunakan untuk melamar pekerjaan sebagai seorang guru bahasa Inggris, maka yang harus disadari oleh para mahasiswa ini adalah, sekolah dimana para lulusan FKIP melamar pekerjaan sebagai guru tentunya akan menguji kemampuan mereka dalam bentuk test micro teaching dengan menggunakan bahasa Inggris, dimana dari sekian banyak pelamar, tentunya sekolah yang bersangkutan cuma akan bersedia menerima pelamar yang tidak saja kemampuan mengajarnya yang bagus namun juga kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang juga harus bagus. Sehingga kecil kemungkinan para lulusan FKIP yang masih belum lancar bebicara bahasa Inggris akan bisa mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Inggris.  

  Tujuan yang jelas ini harus selalu digantungkan 5 cm tepat di depan kening tiap mahasiswa agar mereka selalu dapat melihat tujuan itu dan memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan itu, sehingga walaupun mereka dihadapkan pada situasi yang kurang mendukung pengembangan kemampuan bahasa Inggris mereka, seperti misalnya keputusan dari beberapa dosen khusus mata kuliah yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris untuk masih tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pembelajaran ketika mengajar mata kuliah yang bersangkutan selama bertahun-tahun proses perkuliahan atau ketika sang dosen masih membiarkan para mahasiswa selama bertahun-tahun memberikan presentasi mata kuliah di depan kelas dengan masih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar presentasi mata kuliah bahasa Inggris dengan alasan mahasiswa yang bersangkutan serta teman-temannya di dalam kelas masih memiliki kemampuan pemahaman serta komunikasi bahasa Inggris yang rendah walaupun secara ironis faktanya mereka sudah duduk pada tingkatan semester atas atau akhir. Terlepas dari apapun alasan sang dosen mengajar dengan metode tersebut, namun hal ini seharusnya tidak dijadikan alasan bagi para mahasiswa untuk bersikap pasif, bermanja-manja, dan merasa sudah cukup dan puas dengan kemampuan bahasa Inggrisnya yang ironisnya masih sangat jauh dari mencukupi (dan bahkan memalukan) untuk bisa dikatakan sebagai kemampuan bahasa Inggris yang bisa mewakili profesi yang akan dia jalani sebagai seorang guru bahasa Inggris setelah lulus nantinya.

Mahasiswa seharusnya cukup cerdas untuk memahami bahwa mereka seharusnya tidak cukup untuk hanya menunggu saja disuapi oleh para dosen untuk mengembangkan kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka, dimana satu-satunya aktifitas yang mereka harapkan bisa mengembangkan kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka hanya akan datang dari mata kuliah yang diajarkan oleh para dosen saja. Seharusnya selain dari mata kuliah yang diajarkan oleh para dosen, mahasiswa diharapkan memiliki kesadaran akan rendahnya kemampuan bahasa Inggisnya yang seharusnya membuat mereka memiliki inisiatif untuk menempuh segala macam cara yang diperlukan agar pengembangan kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris bisa benar-benar didapatkan.

 Mahasiswa seharusnya jangan hanya menggantungkan seluruh harapan mereka kepada para dosen tanpa ada keinginan untuk mengembangkan lebih dalam lagi ilmu yang mereka dapatkan dari para dosen. Karena apabila berpijak pada tujuan mereka untuk menjadi guru bahasa Inggris, maka bayangan akan sosok guru seperti apa yang diharapkan oleh para murid untuk memberikan pengajaran bahasa Inggris kepada mereka di depan kelas, seharusnya sudah dipikirkan oleh mahasiswa yang bersangkutan. Dimana tentunya mahasiswa yang bersangkutan seharusnya sudah menyadari bahwa para murid di tiap sekolah pasti menginginkan untuk di ajar oleh guru bahasa Inggris yang paling tidak bisa memberikan contoh secara langsung di depan kelas tentang bagaimana seseorang akan terlihat dan terdengar ketika berbicara dengan menggunakan kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang lancar, yang tidak terelakkan hal ini akan berhubungan dengan image dan kredibiltas sang guru di mata para murid. Dimana tentunya mahasiswa sudah pasti tidak ingin bahwa nantinya ketika dia menjadi guru di depan kelas dia akan diremehkan oleh para muridnya karena sebagai guru bahasa Inggris justru ironisnya dia tidak bisa berbicara berbahasa Inggris dengan lancar.   
Practice makes perfect. Usaha pantang menyerah dalam mengembangkan kemampuan bahasa Inggris seharusnya sudah menjadi nilai yang ditanamkan oleh tiap mahasiswa sebagai suatu kebutuhan demi dirinya sendiri, dan bukan sekedar demi mendapat nilai saja dan sekedar mendapat ijazah saja agar orang tuanya senang karena dia sudah lulus dan sudah bisa segera pulang kampung. Karena walaupun sudah menyandang gelar sarjana pendidikan jurusan bahasa Inggris, namun apabila ijazah serta transkrip nilainya dihiasi dengan rentetan nilai rendah di dalamnya, yang dipertegas dengan mengecewakannya penampilan sang mahasiswa lulusan FKIP ini di mata kepala sekolah ketika diberikan tes kemampuan mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar ketika melamar menjadi guru bahasa Inggris, maka hal ini akan membuat usaha si mahasiswa yang sudah menempuh pendidikan keguruan selama bertahun-tahun di FKIP jurusan bahasa Inggris dengan biaya berjuta-juta yang sudah susah payah dikeluarkan oleh orang tuanya di kampung selama bertahun-tahun membanting tulang untuk membayar uang kuliah mahasiswa ini menjadi sia-sia dan tidak ada nilainya sama sekali di mata sekolah-sekolah di luar sana yang tentunya menginginkan mendapatkan tenaga pengajar bahasa Inggris dengan kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang memuaskan.

Perkembangan Kondisi Siswa Sekolah Jaman Sekarang Sebagai Motivasi Untuk Para Mahasiswa FKIP Jurusan Bahasa Inggris
Satu hal penting yang harus disadari oleh para mahasiswa FKIP jurusan bahasa Inggris adalah; Dengan semakin majunya era globalisasi saat ini, maka para murid di sekolah biasanya sudah sedari usia dini terpapar dengan berbagai media seperti televisi, majalah, koran, internet, social media seperti facebook, twitter, dan bahkan komik dan game playstation yang seringkali menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Belum lagi fakta semakin bertebarannya tempat kursus bahasa Inggris dimana-mana yang membuat para murid-murid ini banyak yang sudah mempelajari bahasa Inggris sejak usia dini, sehingga ketika memasuki usia sekolah SD, SMP, SMA, kemampuan bahasa Inggris mereka, paling tidak dalam hal berkomunikasi dan memahami seta menggunakan menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan konteks percakapan sudah bisa dikatakan lancar dan tidak ada kendala. Terlebih lagi apabila mereka berasal dari keluarga yang orangtuanya berpendidikan tinggi dan selalu membiasakan untuk berkomunikasi dengan campuran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia di lingkungan rumah mereka, maka tidak terelakkan, jenis-jenis murid seperti ini yang akan ditemui oleh para mahasiswa FKIP yang akan lulus dan bekerja sebagai guru bahasa Inggris nantinya. Dimana tentunya para murid ini akan membandingkan kemampuan sang guru bahasa Inggris dengan kemampuan si murid itu sendiri dalam berkomunikasi, dalam hal grammar mungkin saja sang guru bahasa Inggris tahu lebih detail, namun apabila dalam penyampaian dan berkomunikasi kepada para murid di kelas dengan menggunakan bahasa Inggris sang guru tidak begitu lancar maka image serta kredibiltas guru yang bersangkutan akan dinilai rendah di mata murid murid seperti ini.

Apabila situasi pembelajaran oleh para dosen di kampus FKIP jurusan bahasa Inggris kurang begitu membantu pengembangan serta penyediaan wadah pelatihan bagi para mahasiswa untuk secara aktif menggunakan bahasa Inggris sebagai media berkomunikasi serta presentasi dalam kelas, maka ada beberapa cara informal yang mungkin bisa dilakukan oleh para mahasiswa agar paling tidak tetap bisa belajar berbicara bahasa Inggris. Misalnya 1)sering-sering mencoba mengobrol dengan teman seangkatan dengan menggunakan bahasa Inggris setiap hari atau 2)bahkan bisa juga mencoba menggunakan media video chatting (skype) untuk mengobrol dengan orang-orang dari luar negeri atau 3)belajar berbicara sendiri di depan cermin dengan bantuan media lagu, film, atau buku serta novel berbahasa Inggris dengan cara mencoba mengikuti cara pengucapan yang benar yang di ucapkan oleh aktor atau artis luar negeri di dalam DVD film barat atau lagu barat yang diikuti dengan mengamati penulisan teks bahasa Inggris pada subtittles film barat tersebut untuk dilihat seperti apa cara pengucapan yang benar dari teks bahasa Inggris yang ditampilkan pada film barat di dalam DVD tersebut atau 4)aktif mengajar les private bahasa Inggris di luar atau 5)aktif mengikuti kegiatan kampus yang berhubungan bahasa Inggris (seperti English debate club atau English speech club atau English story telling atau English drama club) atau 6)mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar (seperti lomba menulis essay bahasa Inggris, lomba pidato bahasa Inggris atau lomba debat bahasa Inggris antar universitas), atau 7)bahkan bisa juga mencoba menjadi penterjemah atau guide bagi turis. Semua kegiatan ini akan sangat membantu mahasiswa yang bersangkutan untuk menjadi lebih baik lagi dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.

Jadi yang namanya pengembangan kemampuan komunikasi dalam berbicara bahasa Inggris tidak selalu cuma tersedia dalam wadah formal di dalam kelas, karena para mahasiswa seharusnya peka dan sadar diri, terutama apabila mereka mengetahui dengan jelas bahwa kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka masih sangat rendah maka sudah seharusnya mereka merasa kurang dan menggunakan hal itu sebagai landasan untuk mengikuti berbagai macam kegiatan informal yang mengarah kepada pengembangan kemampuan komunikasi bahasa Inggris sampai paling tidak mereka bisa memahami isi pembicaraan atau tulisan yang dituturkan oleh orang lain (atau penutur asli dari negara barat) dan mereka juga membuat orang lain (atau penutur asli dari negara barat) memahami hal yang mereka bicarakan dalam bahasa Inggris. Selama hal itu belum bisa mereka lakukan, maka sudah saatnya mahasiswa yang bersangkutan tahu diri dan memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka sebelum mereka malu nantinya ketika mengajar di depan murid di sekolah dan justru malah di remehkan oleh muridnya sendiri.

******





No comments:

Post a Comment